REAKSI PADA ASAM BENZOAT
Asam Benzoat (benzoic acid) adalah suatu senyawa kimia dengan
rumus C6H5COOH . Produk ini
merupakan bahan kimia yang berupa asam organik padat berbentuk kristal putih,
mudah terbakar, larut dalam alkohol, ether, mudah menguap, dan mudah meledak.
Asam benzoat dengan nama dagang benzenecarboxylic acid atau carboxybenzene
merupakan carboxylic acid aromatik yang paling sederhana. Asam benzoat memiliki
struktur kimia sebagai berikut :
Asam benzoat dapat disintesa
dari dari bermacam-macam zat organik seperti benzyl alkohol, benzaldehyde,
toluene, dan asam phtalat (The Columbia Enyclopedia, 2004).
Secara umum ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk membuat asam benzoat
diantaranya adalah (Othmer, K., 1978) :
1. Oksidasi Toluene dengan udara dalam
fasa cair
Proses ini merupakan cara yang
paling awal digunakan, dimana toluene, katalis, dan udara (atau O2 yang terkandung dalam udara)diumpankan secara
kontinyu ke dalam autoclave sehingga terbentuk asam benzoat pada suhu 150 –
250 0C dan tekanan 5-50 atm. Perbandingan udara dan
toluene dikendalikan untuk mendapatkan konversi 10-50%. Panas reaksi
dapat dihilangkan dengan refluks toluene dan penggunaan jacket cooling.
Autoclave secara kontinyu overflow ke stripper kemudian toluene dipisahkan dan
direcycle ke autoclave. Air yang terbentuk dari kondensasi aliran gas harus
segera dipisahkan sebelum toluene yang tidak bereaksi dikembalikan ke
reaktor. Pemisahan dapat dilakukan dengan kristalisasi, distilasi, atau
kombinasi keduanya. Yield yang diperoleh sekitar 80%. Asam benzoat yang
terbentuk kemudian dibentuk menjadi flake atau disublimasi untuk mendapatkan
variasu ukuran untuk dijual.
2. Oksidasi Acetophenone
Campuran acetophenone, asam asetat,
dan Mangan asetat tetrahidrat diaduk dengan cepat kemudian aliran O2dilewatkan pada campuran tersebut. Campuran
dipanaskan sampai 800C dimana pada temperatur tesebut
berubah warna menjadi coklat tua dan mulai terjadi adsorpsi O2. Temperatur sistem dijalankan pada 92-970C, setelah sekitar 3,5 jam, campuran dipanaskan
hingga 105-1100C selama beberapa menit kemudian
asam formiat dan asam asetat yang terbentuk selama reaksi dipisahkan dengan
distilasi. Residu dilarutkan dengan 500ml air kemudian dengan distilasi uap
acetophenone yang tidak bereaksi dipisahkan. Residu kemudian didinginkan
kembali dan asam benzoat yang dikristalkan kemudian dikumpulkan pada filter dan
dikeringkan. Yield yang didapat adalah 89%dengan kemurnian 98-99%.
3.
Oksidasi Benzyl Bromida
Benzyl bromide dan asam asetat
glasial dimasukkan dalam pipa kaca tertutup didalam shaker bomb, O2 60% dimasukkan sampai tekanan mencapai 300
psig, kemudian dipanaskan sampai 1900C dengan
dikocok.Temperatur ini dijaga sampai 3 jam. Bahan-bahan di dalam pipa kemudian
didinginkan, ditambahkan air, dan kristal asam benzoat yang terbentuk disaring
dari larutan.
4.
Klorinasi
Toluene
Toluene diklorinasi pada
100-150 0C, hingga Specifik grafity
mencapai 1,375-1,385 pada 20 0C Sedikit alkali
dapat ditambahkan untuk netralisasi residu hydrogen klorida. Benzotriklorid
dapat didistilasi kemudian diumpankan dalam bejana yang dilengkapi dengan
agitator. Setelah dipanaskan sampai 100 0C, sekitar 0,7 %
berat (berdasarkan umpan) Zinc Chloride sebagai
katalis. Kemudian air ditambahkan perlahan-lahan di bawah permukaan cairan.
Hidrogen klorid yang terlibat dalam reaksi diserap oleh air membentuk hidroclorid acid.Temperatur akan naik secara perlahan
sampai 110-115 0C. Pada saat reaksi sempurna
dimana ditandai dengan tidak adanya hydrogen klorid, air ditambahkan, dan
produk reaksi dibiarkan sampai 0,5 jam dengan pengadukan. Temperatur diturunkan
sampai 90-100 0C, air panas ditambahkan untuk
melarutkan Zinc Klorid dan hidroclorid acid sisa.
Lapisan asam dipisahkan dan dibiarkan mengeras, lapisan air didinginkan, hal
ini mempercepat terlarutnya asam benzoat, yang dipisahkan dengan filtrasi,
dicuci dengan air dingin, dan ditambahkan pada padatan asam benzoat. Komposisi
padatan terdiri dari asam benzoat crude dan
jumlah yang bervariasi dari air, pumice, dan
impuritas yang lain. Ini dapat diubah menjadi Sodium benzoat kualitas tinggi
dengan melarutkan dalam Sodium hidroksid, penyaringan, dan pemurnian larutan
benzoat. Asam benzoat crude dapat dimurnikan dengan memberi USP asam benzoat
dengan beberapa cara seperti sublimasi atau kristalisasi. Yield 90% dapat
tercapai berdasarkan benzotriklorid yang diumpankan.
5.
Dekarboksilasi Pthalyc Anhydrid
Dalam proses ini phtalyc anhydrid
direaksikan dengan steam, dan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
C6H4 (CO)2O + H2O
===> C6H5COOH + CO2
(85% yield)
Proses pembentukan asam benzoat dari
pthalyc anhydrid dapat dilakukan dalam fase cair maupun fase gas.
a. Proses fase cair
Pthaltc anhydrid cair
diumpankan crude dalam ketel tertutup
yang dilengkapi agitator efisien. Ditambahkan 2-6% katalis yang terdiri dari
kromium dan sodium pthalat dalam jumlah hampir sama. Katalis dapat diumpankan
secara terpisah atau dapat juga dengan penambahan secara langsung Kromium
hidroksid dan kaustik soda ke dalam reaktor dalam jumlah yang hampir sama.
Umpan tersebut kemudian dipanaskan sampai kurang lebih 200 0C dan kemudian 2-20 bagian steam/jam (dari 100
bagian pthalyc anhydrid) dimasukkan dibawah permukaan campuran. Dalam proses
juga terbentuk pthalyc acid. Reflux kondensor
mengembalikan air, asam benzoat, dan pthalyc acid ke
dalam reaktor. Sementara itu CO2 dibuang ke
atmosfer. Reaksi dibiarkan berlangsung sampai campuran mengandung kurang dari
5% pthalyc acid. Asam benzoat kemudian dpisahkan dengan
distilasi dengan atau tanpa bantuan steam. Pemisahan asam benzoat yang lebih
sempurna dilakukan dengan menambahkan kaustik soda sebelum distilasi.
b. Proses fase gas
Asam benzoat dapat diproduksi dengan
dekarboksilasi fase uap dari pthalyc anhydrid. Dalam proses ini, uap pthalyc
anhydrid dicampur dengan steam seberat 10-50 kali berat pthalyc anhydrid pada
suhu 2000C. Kemudian dilewatkan pada katalis yang diam pada
temperatur sekitar 4500C. Campuran
katalis terdiri dari seng oksida pada batu apung carier atau tembaga karbonat
dan kalsium hidroksida pada butiran batu apung. Karbon dioksida yang dihasilkan
dari reaksi dipisahkan dari asam benzoat dengan separator untuk mengambil asam
benzoat yang terbawa. Asam benzoat kemudian dipisahkan setelah kondensasi
dengan destilasi untuk memisahkan sisa reaktan (pthalyc anhydrid dan H2O). Pthalyc anhydrid yang tidak bereaksi direcycle
untuk direaksikan kembali dengan steam. Sementara asam benzoat diambil sebagai
produk.
6.
Oksidasi Toluene dengan Sulfur dan Air
Proses tipe ini dapat dapat
menghasilkan asam benzoat dari toluene atau asam lain dari bahan baku yang lain.
Paten mendiskripsikan bahwa prosesnya adalah sebagai berikut : autoclave dari
stainless-steel A4.5-1 diisi dengan 92 g toluene dan19 ml air. Tube glass
berukuran besar yang berisi 100 g sulfur diletakkan dalam autoclave sedemikian
rupa sehingga saat pertama kali autoclave digoncangkan, isi dalam autoclave
bisa bercampur dengan yang ada dalam tube. Autoclave diisolasi dan dipanaskan
625 oC sebelum digoncangkan. Penggoncangan pada
temperatur tersebut dilanjutkan selama 90 menit, tekanan meningkat sampai 2250
psig. Autoclave didinginkan dan 70 g hydrogen sulfide dialirkan ke dalam
scrubber kaustik. Produk difilter dan dikeringkan, dan cake padat yang
merupakan campuran asam benzoate,sulfur, dan by-product didistilasi. Sebagai
potongan bagian atas, 79,9 g asam benzoate dan ekivalen netral 124,4
didapatkan. Selanjutnya 5 g didapatkan tertahan dalam kolom, dan dalam aqueous
filtrate, 6,8 g ditemukan dalam dasar kolom distilasi, 20,6 terkandung sulfur,
dan by-product berwarna gelap lainnya.
Tahap selanjutnya menggunakan
oksidan tipe sulfur menunjukkan bahwa hasil yang lebih banyak bisa didapatkan
dengan kondisi berbeda. Dengan sulfur dioksid sebagai oksidan (dengan sedikit
hydrogen sulfide sebagai inisiator), 82% yield didapatkan, an dengan sedikit
penambahan NaOH ke sistem akan didapatkan 83,6% yield. Beberapa proses lain di
masa lampau belum pernah dicoba pada skala pabrik.
7.
Oksidasi Toluene dengan Asam Nitrat
Prosesnya adalah sebagai berikut :
tangki reaksi harus dalam kondisi asam dan harus mampu beroperasi pada tekanan
75 psi. Tangki diisi 85 lb asam nitrat 67%, 800 lb air, 500 lb toluene, dan 5
lb mangan dioksid. Selama kurang lebih 2 jam, temperature dibawa ke 80-90 oC, tekanan meningkat manjadi 35-40 lb. kondisi ini
dipertahankan 6 atau 7 jam. Akhirnya selama 24 jam proses, temperature
meningkat menjadi 110oC, dan tekanan meningkat sampai
75 lb. Secara periodic selama proses pemanasan, oksigen (atau gas yang kaya
oksigen) dimasukkan dalam kettle di atas pengeluaran. Gas inert dikeluarkan
kadang-kadang. Yield dalam proses ini 70-80 % dalam jumlah teoritis.
8.
Oksidasi Toluene dengan Sodium Dikromat
Toluen
dan larutan sodium dikromat dalam air dipanaskan pada 250-300 oC, dengan
pengadukan yang kasar, dalam autoclave selama 2-3 jam sehingga terbentuk sodium
benzoate, sodium hidroksid, dan chromic oxide (Cr2O3). Autoclave didinginkan sampai sekitar 100 oC dan toluene yang tidak bereaksi didistilasi. Asam
benzoate ditambahkan untuk menetralkan natrium hidroksid yang terbentuk.
Chromic oxide kemudian diambil dari campuran dengan difilter, dicuci, dan
dimasukkan kembali ke autoclave bersama-sama dengan air dan cukup natrium
hidroksida untuk membentuk sodium khromat. Isi autoclave dikondisikan pada
tekanan udara 1400 psi dan dipanaskan menjadi 280-300 oC selama 4-8 jam, sementara itu udara yang kehabisan
oksigen sebagian dikeluarkan. Larutan sodium dikromat yang terbentuk digunakan
dalam oksidasi pemasukan toluene.
Dari tabel perbandingan proses di
atas, proses yang dipilih adalah proses Dekarboksilasi Pthalyc Anhydrid dengan
pertimbangan dan keuntungan dari proses tersebut adalah :
1. Bahan baku phtalyc anhydrid dapat
diperoleh dari pabrik di dalam negeri sehingga tidak perlu melakukan impor.
2. Yield relatif tinggi,
proses 1 fase, dan harga katalis murah.
Tidak ada komentar:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar