STRUKTUR,
TATANAMA, AROMATISITAS DAN REAKSI SUBSTITUSI
ELEKTROFILIK
SENYAWA BENZENA
Senyawa
benzena mempunyai rumus molekul C6H6, dan termasuk dalam golongan senyawa
hidrokarbon. Bila dibandingkan dengan senyawa hidrokarbon lain yang mengandung 6
buah atom karbon, misalnya heksana (C6H14) dan sikloheksana (C6H12), maka dapat
diduga bahwa benzena mempunyai derajat ketidakjenuhan yang tinggi. Dengan dasar
dugaan tersebut maka dapat diperkirakan bahwa benzena memiliki ciri-ciri khas
seperti yang dimiliki oleh alkena. Perkiraan tersebut ternyata jauh berbeda
dengan kenyataannya, karena benzene tidak dapat bereaksi seperti alkena (adisi,
oksidasi, dan reduksi). Lebih khusus lagi benzene tidak dapat bereaksi dengan
HBr, dan pereaksi-pereaksi lain yang lazimnya dapat bereaksi dengan alkena.
Sifat-sifat kimia yang diperlihatkan oleh benzena memberi petunjuk bahwa senyawa
tersebut memang tidak segolongan dengan alkena ataupun sikloalkena.
Senyawa
benzena dan sejumlah turunannya digolongkan dalam senyawa aromatik, Penggolongan
ini dahulu semata-mata dilandasi oleh aroma yang dimiliki sebagian dari senyawa-senyawa
tersebut. Perkembangan kimia pada tahap berikutnya menyadarkan para kimiawan
bahwa klasifikasi senyawa kimia haruslah berdasarkan struktur dan kereaktifannya,
dan bukan atas dasar sifat fisikanya. Saat ini istilah aromatik masih
dipertahankan, tetapi mengacu pada fakta bahwa semua senyawa aromatik derajat
ketidakjenuhannya tinggi dan stabil bila berhadapan dengan pereaksi yang
menyerang ikatan pi (π).
A.
Rumus Struktur Benzena
Menurut Kekule (1873),
struktur benzena dituliskan sebagai cincin beranggota enam (heksagon) yang
mengandung ikatan tunggal dan rangkap berselang-seling.
Menurut Kekule
peggantian brom pada sembarang atom hidrogenakan menghasilkan senyawa yang
sama, karena keenam atom karbon dan hidrogen ekivalen. Kekuleini dapat
menjelaskan fakta bahwa jika benzena bereaksi dengan brom menggunakan katalis FeCl3
hanya menghasilkan satu senyawa yang memiliki rumus molekul C6H5Br Menurut model
ikatan valensi, benzena dinyatakan sebagai hibrida resonansi dari dua struktur penyumbang
yang ekivalen, yang dikenal dengan struktur Kekule. Masing-masing struktur
Kekule memberikan sumbangan yang sama terhadap hibrida resonansi, yang berarti bahwa
ikatan-ikatan C-C bukan ikatan tunggal dan juga bukan ikatan rangkap, melainkan
di antara keduanya.
Dengan pertimbangan
kepraktisan, untuk selanjutnya cincin benzena disajikan dalam bentuk segienam
beraturan dengan sebuah lingkaran di dalamnya, dengan ketentuan bahwa pada
setiap sudut segienam tersebut terikat sebuah atom H.
Dalam segienam
berlingkaran tersebut setiap garis menggambarkan ikatan-ikatan (sigma) yang
menghubungkan atom-atom karbon. Lingkaran dalam segienam menggambarkan awan enam
elektron pi yang terdelokalisasi.
B.
Senyawa Aromatik Heterosiklik
Menurut Erich Huckel,
suatu senyawa yang mengandung cincin beranggota lima atau
enam bersifat aromatik
jika:
- semua atom penyusunnya terletak dalam bidang datar (planar)
- setiap atom yang membentuk cincin memiliki satu orbital 2p
- memliki elektron pi dalam susunan siklik dari orbital-orbital 2p sebanyak 4n+2 (n= 0, 1, 2, 3, …)
Di samping benzena dan turunannya, ada
beberapa jenis senyawa lain yang menunjukkan sifat aromatik, yaitu mempunyai ketidakjenuhan
tinggi dan tidak menunjukkan reaksi-reaksi seperti alkena. Senyawa benzena
termasuk dalam golongan senyawa homosiklik, yaitu senyawa yang memiliki hanya
satu jenis atom dalam sistem cincinnya. Terdapat senyawa heterosiklik, yaitu
senyawa yang memiliki lebih dari satu jenis atom dalam sistem cincinnya, yaitu
cincin yang tersusun dari satu atau lebih atom yang bukan atom karbon. Sebagai
contoh, piridina dan pirimidina adalah senyawa aromatik seperti benzena. Dalam
piridina satu unit CH dari benzena digantikan oleh atom nitrogen yang
terhibridisasi sp2, dan dalam pirimidina dua unit CH digantikan oleh atom-atom
nitrogen yang terhibridisasi sp2.
Senyawa-senyawa
heterosiklik beranggota lima seperti furan, tiofena, pirol, dan imidazol juga termasuk
senyawa aromatik.
C.
Tatanama Benzena
1.
Benzena Monosubstitusi
Benzena dengan satu substituen alkil
diberi nama sebagai turunan benzena, misalnya etilbenzena. Sistem IUPAC tetap
memakai nama umum untuk beberapa benzene monosubstitusi, misalnya toluena,
kumena, stirena.
Nama-nama umum seperti
fenol, anilina, benzaldehida, asam benzoat, anisol juga tetap
digunakan dalam sistem
IUPAC.
Dalam molekul yang lebih kompleks, cincin
benzena sering diberi nama sebagai substituent yang terikat pada rantai utama.
Dalam hal ini gugus C6H5- diberi nama gugus fenil (bukan benzil). Nama benzil
digunakan untuk gugus C6H5CH2-.
Dalam
molekul yang mengandung gugus fungsi lain, gugus fenil dan gugus benzil sering diberi
nama sebagai substituen. Contoh:
2. Benzena Disubstitusi
Bila benzena mengikat dua
substituen maka terdapat kemungkinan memiliki tiga isomer struktur. Apabila
kedua substituen diikat oleh atom-atom karbon 1,2- disebut kedudukannya orto
(o) satu sama lain, dan apabila diikat oleh atom-atom karbon 1,3- disebut meta
(m), dan 1,4- disebut para (p).
Jika salah satu di antara
dua substituen yang terikat pada cincin brnzena memberikan nama khusus, seperti
misalnya toluena , anilina, maka senyawanya diberi nama sebagai turunan dari
nama khusus tersebut. Perlu diingat bahwa substituen yang memberikan nama khusus
tersebut dianggap menempati posisi nomor 1. Sistem IUPAC menggunakan nama umum
xilena untuk ketiga isomer dimetilbenzena, yaitu o-xilena, m-xilena, dan
p-xilena. Apabila kedua substituen tidak memberikan nama khusus, maka
masing-masing substituent diberi nomor, dan namanya diurutkan berdasarkan
urutan abjad, dan diakhiri dengan kata benzena. Atom karbon yang mengikat substituen
yang urutan abjadnya lebih dahulu diberi nomor 1
Contoh-contoh senyawa
benzena disubstitusi:
3. Benzena Polisubstitusi
Apabila terdapat tiga
atau lebih substituen terikat pada cincin benzena, maka posisi masing-masing
substituen ditunjukkan dengan nomor. Jika salah satu substituen memberikan nama
khusus, maka diberi nama sebagai turunan dari nama khusus tersebut. Jika semua substituen
tidak memberikan nama khusus, posisisnya dinyatakan dengan nomor dan diurutkan sesuai
urutan abjad, dan diakhiri dengan kata benzena.
Hidrokarbon aromatik
poliinti adalah hidrokarbon aromatik yang memiliki dua atau lebih cincin
aromatik. Setiap pasang cincin aromatik mengguanakan bersama dua atom karbon.
Contoh: naftalena, antrasena, dan fenantrena.
D. Reaksi-reaksi Benzena
Reaksi-reaksi
yang umum terjadi pada benzena dan turunannya adalah reaksi substitusi elektrofilik.
Terdapat 4 macam reaksi substitusi elektrofilik terhadap senyawa benzena,
yaitu:
1. Reaksi
halogenasi
Sebagai elektrofil
adalah X+, dihasilkan dari reaksi antara X2 + FeX3. FeX3 (misalnya FeCl3)
adalah suatu asam Lewis yang berfungsi sebagai katalis. Katalis asam Lewis lain
yang dapat digunakan adalah AlCl3, AlBr3.
Contoh:
2.
Reaksi nitrasi
Sebagai elektrofil adalah NO2+ (ion nitronium), dihasilkan dari reaksi antara HNO3 dan H2SO4.
3. Reaksi sulfonasi
Benzena bereaksi lambat
dengan H2SO4 pada suhu tinggi menghasilkan asam benzena
Sebagai elektrofil
adalah SO3 yang merupakan elektrofil relatif kuat karena atom S yang kekurangan
elektron, atau +SO3H yang dihasilkan dari reaksi:
Tidak ada komentar:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar